Sutradara : Gareth Evans
Produser : Ario Sagantoro
Penulis : Gareth Evans
Pemeran : Iko Uwais, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Donny Alamsyah, Yayan Ruhian, Pierre Gruno, Tegar Satrya
Musik : Fajar Yuskemal, Aria Prayogi (edisi TIFF 2011 dan perdana Indonesia); Mike Shinoda, Joseph Trapanese (edisi Sundance 2012 dan perdana AS/internasional)
Sinematografi : Matt Flannery
Penyunting : Gareth Evans
Studio : PT Merantau Films, XYZ Films
Distributor : Celluloid Nightmares (Seluruh dunia), Sony Pictures Classics (Amerika)
Jauh di jantung daerah kumuh Jakarta berdiri sebuah gedung apartemen terlantar yang tak tertembus dan menjadi rumah aman bagi gangster, penjahat dan pembunuh yang paling berbahaya. Blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tak tersentuh oleh para rival gembong narkoba terkenal Tama Riyadi (Ray Sahetapy), bahkan untuk perwira polisi paling berani sekalipun. Semuanya berubah ketika sebuah tim polisi senjata dan taktik khusus berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu bangunan tersebut dan mengakhiri teror Tama untuk selamanya.
Di bawah kegelapan dan keheningan fajar, Rama (Iko Uwais), seorang calon ayah dan perwira polisi elit baru, dalam regu yang dipimpin oleh Sersan Jaka (Joe Taslim), tiba di blok apartemen Tama dengan petunjuk Letnan Wahyu (Pierre Gruno). Setelah berpapasan dengan Gofar (Iang Darmawan) salah seorang penghuni apartemen tersebut, mereka menerobos masuk dan dengan hati-hati mengamankan para penjahat penghuninya. Mulai dari lantai dasar dan bergerak naik, dengan terencana mereka menyusup sampai mencapai lantai enam, namun kemudian mereka terlihat oleh seorang anak pengintai, yang lari meneriaki temannya yang kedua sebelum dia tertembak mati oleh peluru senapan serbu Letnan Wahyu. Peringatan tersebut mencapai Tama dan algojonya, Mad Dog (Yayan Ruhian) lewat interkom. Tama segera memanggil bala bantuan. Dua penembak runduk di gedung samping menembak anggota regu polisi di lantai dasar. Seorang anggota regu polisi lain segera tewas ditembak oleh penembak runduk setelah melihat keluar dari jendela. Dalam kekacauan tersebut tahanan mereka lolos dan membunuh dua polisi lain, mendapatkan kontrol di lantai 5. Sebuah serangan mendadak berhasil melumpuhkan satu-satunya mobil angkut regu Polisi. Tama mematikan listrik di seluruh gedung, mengumumkan terdapatnya "tamu tak diundang" terjebak di lantai 6, dan menjanjikan sewa gratis untuk yang berhasil membunuh mereka.
Regu polisi Jaka masuk dalam perangkap anak buah Tama di lantai 7 yang menembak mati banyak anggota regu polisi. Jaka segera mengetahui bahwa misi tersebut ternyata hanya diprakarsai Letnan Wahyu, sehingga tidak akan ada bala bantuan. Setelah baku tembak, regu Jaka pun kalah jumlah maupun amunisi dan diburu oleh anak buah Tama yang kejam dan beringas. Jaka, Wahyu, Bowo (Tegar Satrya), Dagu (Eka Rahmadia) dan Rama berhasil selamat, namun terpisah menjadi dua: Jaka, Wahyu dan Dagu di lantai 5, sedangkan Rama dan Bowo di lantai 7.
Memapah Bowo, Rama bertarung menerobos koridor lantai 7 dan tiba di apartemen 726 yang dihuni Gofar dan istrinya, memohon tempat persembunyian dari kejaran anak buah Tama. Geng parang dan pimpinan mereka (Alfridus Godfred) memeriksa apartemen Gofar, menusuk dinding tempat persembunyian Rama, melukai pipi Rama, namun mereka tidak menemukan Rama dan akhirnya pergi. Rama meninggalkan Bowo dalam perawatan Gofar untuk mencari jalan keluar. Dia bertempur sengit dengan geng parang, namun kembali dikejar oleh anak buah Tama yang lain. Rama akhirnya tertangkap oleh Andi (Donny Alamsyah), tangan kanan dan otak bisnis narkoba Tama. Pada saat yang sama, Jaka berseteru dengan Wahyu karena Wahyu menolak untuk mencari Rama dan Bowo, membuat Jaka marah dan mempertanyakan integritas kepolisian Wahyu di balik misi naas tersebut. Jaka segera ditemukan oleh Mad Dog. Letnan Wahyu melarikan diri dan diikuti Dagu, namun Jaka harus tewas setelah beradu nyali dengan Mad Dog. Sementara itu, Andi terungkap sebagai kakak Rama yang terasing setelah meninggalkan keluarganya tanpa jejak. Andi menolak pulang ke keluarganya, namun berjanji mengeluarkan Rama dari gedung maut tersebut. Dia tak menyangka, Tama ternyata telah mengetahui pengkhianatannya melalui kamera tersembunyi yang tersebar di seluruh gedung, menyerahkan Andi ke tangan Mad Dog (yang sudah membenci Andi) untuk dihabisi.
0 komentar:
Posting Komentar